Universitas Terkenal di Indonesia dengan Biaya Kuliah Murah 2024

Indonesia banyak memiliki kampus yang di kenal luas di demo slot anti lag, masing-masing dengan kelebihan serta spesialis yang tidak sama. Dari kampus negeri yang telah lama berdiri sampai kampus swasta yang anyar ada, di bawah ialah beberapa macam kampus terpopuler di Indonesia yang dikenali sebab kualitas pendidikan dan nama baiknya yang bagus.

Kampus Negeri Terpenting

Kampus negeri di Indonesia sering jadi opsi khusus buat banyak calon mahasiswa sebab rekam jejak akademisnya yang kuat dan sarana yang ideal. Contoh kampus negeri terkenal merupakan Kampus Indonesia (UI) di Depok, yang dikenali program study di berapa sektor pengetahuan sosial, ekonomi, serta tehnik. Kampus Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pun tersohor selaku salah satunya kampus terunggul dengan program study di sektor-sektor seperti hukum, kedokteran, serta pertanian. Kampus Brawijaya (UB) di Malang adalah contoh yang lain dengan kebolehan dibidang tehnik dan pengetahuan sosial.

Kampus Swasta Populer

Kampus swasta di Indonesia pula mempunyai rekam jejak yang baik sekali dan banyak dicari oleh calon mahasiswa. Kampus Pelita Keinginan (UPH) di Tangerang satu diantara contoh kampus swasta yang populer dengan kualitas pendidikan tinggi dibidang usaha dan tehnologi. Kampus Ciputra di Surabaya diketahui program kepengusahaannya yang inovatif, dan Kampus Atma Jaya Jakarta punya rekam jejak yang kuat dalam sejumlah program study hukum dan psikologi.

Kampus Islam Termasyhur

Kampus Islam di Indonesia punya peranan penting pada pendidikan tinggi dengan menjajakan pendidikan yang berbasiskan di beberapa nilai Islam. Kampus Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta yaitu satu diantaranya kampus Islam yang populer dengan mutu akademis yang cukup tinggi serta beragam program study dibidang agama, ekonomi, dan hukum. Kampus Muhammadiyah Jakarta di kenal juga komitmennya di dalam mengorganisasikan beberapa nilai Islam dalam bermacam program pendidikan.

Kampus Technologi dan Sains Tenar

Buat mereka yang tertarik dengan area technologi dan sains, ada sejumlah kampus yang tenar di Indonesia. Institut Tehnologi Bandung (ITB) satu diantara kampus tehnik terunggul di Indonesia, dengan focus di percobaan dan tehnologi. Institut Tehnologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya populer dengan beberapa program tehnik serta sains implikasi yang bermutu.

Tiap type kampus di Indonesia miliki keunggulan dan spesialis masing-masing, agar calon mahasiswa bisa menunjuk yang amat sama dengan ketertarikan serta maksud profesi mereka. Pilih kampus yang cocok yaitu cara penting di dalam mendapat kemajuan akademis dan professional di masa datang.

Saminsambongrejo: Di Mana Budaya Jawa dan Nilai-Nilai Samin Tetap Berkembang

Saminsambongrejo: Di Mana Budaya Jawa dan Nilai-Nilai Samin Tetap Berkembang

Saminsambongrejo, sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Indonesia, adalah tempat di mana budaya Jawa dan nilai-nilai Samin terus berkembang. Desa ini dikenal sebagai salah satu pusat pergerakan Samin, sebuah gerakan sosial dan keagamaan yang dipelopori oleh Samin Surosentiko di akhir abad ke-19.

Gerakan Samin menekankan nilai-nilai kesederhanaan, kejujuran, dan keadilan. Mereka menolak sistem kolonial dan feodal yang dianggap tidak adil. Nilai-nilai Samin ini telah diwariskan dari generasi ke generasi di Saminsambongrejo. Masyarakat desa ini tetap memegang teguh prinsip-prinsip Samin dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Salah satu contoh nyata dari pengaruh Samin di Saminsambongrejo adalah dalam bidang pertanian. Masyarakat desa ini masih menggunakan https://www.velocecafe.com/  metode pertanian tradisional yang ramah lingkungan. Mereka menghindari penggunaan pestisida kimia dan pupuk sintetis. Hal ini membantu menjaga kelestarian lingkungan dan tanah pertanian.

Selain itu, masyarakat Saminsambongrejo juga menjaga tradisi-tradisi Jawa yang telah ada sejak lama. Mereka masih merayakan berbagai upacara adat, seperti pernikahan, kematian, dan panen. Tradisi-tradisi ini menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka.

Saminsambongrejo juga menjadi tempat bagi para wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya Jawa dan nilai-nilai Samin. Desa ini menawarkan berbagai atraksi wisata, seperti mengunjungi tempat-tempat bersejarah terkait gerakan Samin, mengikuti kegiatan sehari-hari masyarakat desa, dan menikmati keindahan alam sekitarnya.

Dengan upaya pelestarian budaya dan nilai-nilai Samin, Saminsambongrejo terus menjadi desa yang unik dan menarik. Desa ini merupakan contoh nyata bagaimana sebuah komunitas dapat mempertahankan identitas budaya mereka di tengah modernisasi.

Pendidikan di Negara Afrika: Keadaan Terkini dan Tantangan

Pendidikan di Afrika, sebagai salah satu benua dengan keanekaragaman budaya dan ekonomi yang luas, menghadapi berbagai tantangan https://www.snootyfoxflorida.com/ dan perkembangan yang signifikan. Meskipun telah ada banyak upaya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di wilayah ini, banyak negara di Afrika masih menghadapi kesulitan besar dalam menyediakan pendidikan yang berkualitas dan merata. Berikut adalah gambaran umum tentang keadaan pendidikan di negara-negara Afrika saat ini, mencakup tantangan yang dihadapi serta kemajuan yang telah dicapai.

1. Akses dan Partisipasi

Akses terhadap pendidikan di Afrika sangat bervariasi antara negara-negara di benua ini. Di beberapa negara, seperti Kenya dan Ghana, terdapat peningkatan signifikan dalam angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah. Program-program pemerintah dan organisasi internasional telah berhasil meningkatkan jumlah anak yang terdaftar di sekolah dan mengurangi angka putus sekolah. Namun, di negara-negara seperti Chad dan Mali, akses pendidikan masih menjadi masalah besar, terutama di daerah-daerah pedesaan dan terpencil. Kurangnya fasilitas pendidikan, jarak yang jauh ke sekolah, dan kekurangan tenaga pengajar sering kali menjadi penghalang utama.

2. Kualitas Pendidikan

Meskipun akses ke pendidikan semakin membaik di banyak negara Afrika, kualitas pendidikan tetap menjadi isu yang krusial. Banyak sekolah di wilayah ini menghadapi masalah kekurangan fasilitas, buku teks, dan alat bantu pengajaran. Kurangnya pelatihan untuk para guru dan rendahnya standar kurikulum juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan. Di negara-negara seperti Nigeria dan Uganda, meskipun ada upaya reformasi pendidikan, tantangan-tantangan ini masih menghambat kemajuan. Inisiatif seperti program pelatihan guru dan perbaikan kurikulum sedang dilakukan, namun membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup.

3. Pendidikan Tinggi dan Keterampilan

Pendidikan tinggi di Afrika juga menghadapi berbagai tantangan. Meskipun terdapat universitas-universitas terkemuka di negara-negara seperti Afrika Selatan, Mesir, dan Nigeria, akses ke pendidikan tinggi masih terbatas bagi banyak orang. Biaya pendidikan yang tinggi dan keterbatasan beasiswa menjadi masalah utama. Selain itu, terdapat kesenjangan antara kurikulum pendidikan tinggi dan kebutuhan pasar kerja. Banyak lulusan universitas tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan industri yang berkembang, mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan sarjana.

4. Pendidikan untuk Perempuan dan Anak-Anak

Di banyak bagian Afrika, pendidikan untuk perempuan dan anak-anak juga menjadi masalah. Meskipun terdapat kemajuan dalam meningkatkan angka partisipasi perempuan dalam pendidikan, kesenjangan gender masih ada. Di beberapa negara, praktik budaya dan tradisi masih menghambat akses perempuan ke pendidikan. Program-program khusus dan kebijakan pemerintah telah diterapkan untuk mendorong pendidikan bagi perempuan, tetapi tantangan sosial dan ekonomi sering kali menjadi penghalang.

5. Teknologi dan Pendidikan Digital

Pendidikan digital dan teknologi informasi semakin memainkan peran penting dalam pendidikan di Afrika. Inisiatif-inisiatif seperti penyediaan akses internet di sekolah-sekolah dan penggunaan platform e-learning sedang berkembang. Di negara-negara seperti Rwanda dan Kenya, teknologi pendidikan digunakan untuk mengatasi kekurangan sumber daya dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun, adopsi teknologi di seluruh benua masih terbatas oleh infrastruktur yang tidak memadai dan kesenjangan digital antara daerah urban dan pedesaan.

6. Bantuan Internasional dan Inisiatif Lokal

Bantuan internasional dan inisiatif lokal memainkan peran penting dalam meningkatkan pendidikan di Afrika. Organisasi internasional seperti UNESCO, UNICEF, dan Bank Dunia telah meluncurkan berbagai program untuk mendukung pendidikan dasar dan menengah di Afrika. Selain itu, inisiatif lokal dari LSM dan komunitas juga berkontribusi pada peningkatan akses dan kualitas pendidikan. Program-program ini sering kali fokus pada pembangunan infrastruktur, pelatihan guru, dan penyediaan bahan ajar.

7. Upaya Reformasi dan Masa Depan Pendidikan

Banyak negara Afrika sedang berusaha melakukan reformasi dalam sistem pendidikan mereka. Pemerintah dan lembaga pendidikan di Afrika bekerja sama untuk meningkatkan kurikulum, melatih guru, dan memperbaiki fasilitas pendidikan. Program-program pendidikan yang inovatif, seperti pembelajaran berbasis proyek dan pendidikan berbasis kompetensi, sedang diterapkan untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan abad ke-21. Meskipun tantangan besar masih ada, upaya reformasi menunjukkan harapan untuk masa depan pendidikan di Afrika.

Secara keseluruhan, pendidikan di Afrika mengalami berbagai perkembangan dan tantangan. Meskipun ada kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap anak di benua ini memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Upaya kolaboratif dari pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat lokal akan menjadi kunci dalam mengatasi tantangan dan mencapai tujuan pendidikan di Afrika.

Alasan Pentingnya Pendidikan untuk Kehidupan di Masa Depan

Alasan Pentingnya Pendidikan untuk Kehidupan di Masa Depan

Ada sebuah kutipan yang berbunyi, “Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup. Pendidikan itu sendiri adalah kehidupan”. Kutipan yang bersirat makna ini merupakan kutipan dari salah satu tokoh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.

Kutipan ini sangatlah memiliki situs mahjong ways makna yang mendalam jika kita cermati dengan seksama. Bahwasanya pendidikan itu sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Jangan sampai di luar sana masih ada yang tidak dapat menjangkau akses pendidikan. Sebab, pendidikan sendiri dapat menciptakan pribadi maupun masyarakat yang berintegritas dalam mampu menjalani kehidupan di masa depan.

Lantas, mengapa pendidikan ini sangatlah penting bagi setiap manusia? Apa yang menjadi alasan bahwa pendidikan menjadi hal krusial dalam kehidupan seseorang? Untuk itu, di artikel ini kita akan membahas alasan pentingnya pendidikan untuk kehidupan di masa depan, sebagai berikut.

1. Bantu mengembangkan potensi diri

Pendidikan dapat mengembangkan potensi diri seseorang. Ini merupakan alasan pertama mengapa pendidikan itu penting bagi setiap masyarakat. Sebab, orang yang berpendidikan dapat dengan mudah mengetahui potensi dirinya pribadi.

Entah itu, jenjang karir yang akan dipilih nantinya maupun kehidupan di masa depan. Pengembangan potensi diri ini berkaitannya dengan pendidikan life skill. Di mana pendidikan life skill sangat penting untuk dapat melihat potensi terbesar pada diri pribadi. Serta, mampu melihat peluang untuk dapat mengembangkan potensi yang mungkin tidak diketahui oleh masing-masing individu.

2. Menciptakan masyarakat dengan perilaku yang terdidik

“Perilakumu bagaikan orang yang tidak berpendidikan saja”. Perkataan ini sudah sering kali kita dengar, bukan? Benar kalimat ini acap kali terlontar kepada seseorang yang memiliki perilaku buruk bagaikan orang yang tidak berpendidikan.

Ini pula yang menjadi alasan mengapa pendidikan itu sangat penting. Sebab, dengan pendidikan dapat melahirkan perilaku yang baik dan terdidik. Perilaku orang yang berpendidikan sangatlah berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan. Baik itu dalam berbicara, mengendalikan emosi, menyelesaikan masalah, dan bersikap terhadap otang lain.

3. Membentuk kemandirian pada setiap individu

Tidak hanya membantu mengembangkan potensi diri dan menciptakan perilaku terdidik. Namun, pendidikan juga dapat membentuk kemandirian terhadap setiap individu. Kemandirian yang di dapat dari seseorang yang berpendidikan antara lain, kemandirian untuk menyampaikan opini, berbagi ide terhadap orang lain, dan kemandirian untuk menjalani kehidupan.

Dengan adanya pendidikan pula, masyarakat tidak akan selalu meminta-minta yang di mana menjadikan mental pengemis nantinya. Sebab, melalui pendidikan dapat menuntut seseorang untuk dapat mandiri dalam membangun kesuksesan baik secara finansial maupun kebutuhan hidup lainnya. Itulah yang menjadi alasan mengapa seseorang sangat memerlukan pendidikan di dalam kehidupannya.

4. Membangun perekonomian suatu negara

Sebuah negara dapat dikatakan negara maju dapat didukung pula oleh sumber daya manusia yang terdidik juga. Lahirnya, sumber daya manusia dengan kualitas pendidikan yang tinggi dan maju dapat menjadikan negara tersebut menjadi negara maju. Sebab, hal ini berpengaruh pada sumber daya manusia (SDM) yang di mana dapat membangun perekonomian suatu negara dan berbagai pembangunan sektor maupun infrastruktur negara lainnya.

Pembangunan dalam sektor politik, sosial, budaya juga ikut tumbuh dan berkembang jika sumber daya manusianya berpendidikan. Hal ini karena, semakin tinggi kualitas dan kuantitas pendidikan di suatu negara maka semakin maju juga negara tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin buruk kualitas pendidikan di suatu negara, maka akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) lemah dan rendah. Serta, pertumbuhan negara tersebut sulit untuk menjadi sebuah negara maju di masa depan.

Negara dengan Sistem Pendidikan Terburuk

Pendidikan adalah suatu keharusan bagi tiap individu. Tapi faktanya, tidak semua orang berkesempatan mengenyam pendidikan. Di beberapa negara, keterbatasan biaya, fasilitas yang tidak memadai, tidak ada akses, hingga kurangnya tenaga situs slot gacor kerja pendidik membuat pendidikan jadi terhambat dan tertinggal di era yang sudah modern ini

Adapun cara melihat rendahnya sistem pendidikan suatu negara diukur dari rendahnya jumlah pendaftar ke perguruan tinggi, buta huruf orang dewasa yang tinggi, nilai ujian, indeks pembangunan pendidikan rendah, ketiadaan alokasi dana ke sektor pendidikan, hingga adanya korupsi.
Berikut adalah negara-negara dengan sistem pendidikan terburuk, dilansir dari berbagai sumber.

Mali

Mali berada di Afrika bagian Barat. Negara bekas jajahan Prancis ini memiliki populasi sekitar 20.250.833 orang di tahun 2020. Sistem pendidikannya menjadi yang terburuk di dunia. Tingkat partisipasi sekolah dasar hanya 61%, dan perkiraan melek hurufnya 27-46,4%.
Negara ini memiliki banyak sistem pendidikan, sehingga sulit meleburnya jadi satu sistem pendidikan yang padu dan membuat kurangnya standar pendidikan di negara tersebut.

Burkina Faso

Di Burkina Faso, hanya 29% orang dewasa yang melek huruf dan hanya 2% warga negara yang bersekolah hingga sekolah menengah. Beruntungnya, saat ini Burkina Faso tengah melakukan serangkaian perbaikan untuk meminimalisir kesenjangan gender dalam pendidikan, dan mendapatkan dukungan dan kebijakan pemerintahan.

Ethiopia

Negara Ethiopia berbatasan dengan Somalia, Eritrea, Dijbouti, Kenya, Sudan, dan Sudan Selatan. Mayoritas penduduk Ethiopia buta huruf, tidak terampil, dan memiliki pekerjaan yang buruk. Selain itu, Ethiopia memiliki populasi buta huruf tertinggi di Afrika.
Tingkat melek huruf negara ini mencapai 49,1% pada 2015, dengan rata-rata anak kelas 5 hanya bisa membaca dan menulis kata sederhana. Baru-baru ini Dewan Eksekutif Bank Dunia telah menyetujui pembiayaan untuk Ethiopia demi mengubah kualitas pendidikan mereka dengan investasi sebesar USD550 juta.

Chad

Populasi negara Chad mencapai 16.244.513 orang pada tahun 2020, namun sistem pendidikan mereka dikatakan jauh lebih buruk dari negara-negara lain di Afrika. Pendidikan mereka gratis, tapi anak-anak harus berangkat sekolah tanpa sarapan, karena sekolah tidak mampu menyediakan sarapan.
Akibatnya, banyak siswa di Chad yang tidak tertarik pergi ke sekolah. Jumlah melek hurufnya hanya sebesar 33% dan lebih dari 50% penduduknya buta huruf. Selain itu, 53% anak usia 5-14 adalah pekerja usia anak.

Angola

Tingkat melek huruf di Angola sebesar 71,1% pada perkiraan 2015. Menurut UNESCO, Angola berada di peringkat 111 yang menunjukkan bahwa negara ini memiliki kesulitan sistem pendidikan. Saat ini Angola telah mendapat suntikan investasi asing dari industri minyak, berupa didirikannya universitas negeri yakni Universitas Agostinho Neto.

Inovasi Pelayanan Publik Kejaksaan Tinggi di Era Digital

Inovasi Pelayanan Publik Kejaksaan Tinggi di Era Digital

Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, tuntutan akan pelayanan publik yang efektif dan efisien semakin tinggi. Kejaksaan Tinggi, sebagai salah satu lembaga penegak hukum, tidak luput dari tantangan ini. Untuk menjawab tuntutan zaman, Kejaksaan Tinggi https://www.kejati-ntb.info/ telah melakukan berbagai inovasi dalam pelayanan publik. Artikel ini akan membahas beberapa inovasi yang telah dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Digitalisasi Layanan

Salah satu inovasi utama yang dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi adalah digitalisasi layanan. Dengan memanfaatkan teknologi digital, proses pelayanan publik menjadi lebih cepat, mudah, dan transparan. Beberapa contoh digitalisasi layanan yang telah diterapkan antara lain:

  1. Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP): SIPP adalah aplikasi berbasis web yang digunakan untuk mengelola data perkara di lingkungan Kejaksaan. Dengan SIPP, masyarakat dapat memantau perkembangan perkara yang mereka laporkan secara online.
  2. Layanan Pengaduan Online: Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan terkait dugaan tindak pidana melalui website resmi Kejaksaan Tinggi. Pengaduan akan ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang.
  3. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG): SIMPEG adalah aplikasi yang digunakan untuk mengelola data kepegawaian di lingkungan Kejaksaan. Dengan SIMPEG, proses administrasi kepegawaian menjadi lebih efisien dan transparan.

Peningkatan Kompetensi SDM

Selain digitalisasi layanan, Kejaksaan Tinggi juga fokus pada peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM). Dengan SDM yang kompeten dan profesional, diharapkan kualitas pelayanan publik dapat semakin ditingkatkan. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain:

  1. Pelatihan dan Pendidikan: Kejaksaan Tinggi secara rutin mengadakan pelatihan dan pendidikan bagi pegawainya. Pelatihan diberikan dalam berbagai bidang, seperti hukum, teknologi informasi, dan manajemen.
  2. Penerapan Sistem Karir Berbasis Kompetensi: Kejaksaan Tinggi menerapkan sistem karir berbasis kompetensi, di mana promosi dan mutasi pegawai didasarkan pada kompetensi yang dimiliki. Hal ini mendorong pegawai untuk terus meningkatkan kompetensinya.
  3. Penghargaan bagi Pegawai Berprestasi: Kejaksaan Tinggi memberikan penghargaan bagi pegawai yang berprestasi dalam melaksanakan tugas. Penghargaan ini bertujuan untuk memotivasi pegawai dan menciptakan iklim kerja yang kondusif.

Peningkatan Koordinasi dan Kerjasama

Untuk meningkatkan efektivitas pelayanan publik, Kejaksaan Tinggi juga melakukan peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain:

  1. Pembentukan Tim Terpadu: Kejaksaan Tinggi membentuk tim terpadu yang terdiri dari berbagai instansi, seperti kepolisian, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan. Tim ini bertujuan untuk mempercepat proses penanganan perkara.
  2. Kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM): Kejaksaan Tinggi menjalin kerjasama dengan LSM dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum.
  3. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi: Kejaksaan Tinggi juga menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dalam bidang penelitian dan pengembangan. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang berbasis ilmu pengetahuan.

Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas

Untuk membangun kepercayaan masyarakat, Kejaksaan Tinggi juga fokus pada peningkatan transparansi dan akuntabilitas. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain:

  1. Publikasi Laporan Kinerja: Kejaksaan Tinggi secara rutin mempublikasikan laporan kinerja yang dapat diakses oleh masyarakat. Laporan ini berisi informasi tentang capaian kinerja dan penggunaan anggaran.
  2. Pembentukan Unit Layanan Pengaduan: Kejaksaan Tinggi membentuk unit layanan pengaduan yang berfungsi untuk menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik.
  3. Penerapan Zona Integritas: Kejaksaan Tinggi menerapkan zona integritas di lingkungannya. Zona integritas adalah area bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Kesimpulan

Inovasi pelayanan publik yang dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi di era digital menunjukkan komitmen lembaga ini dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Digitalisasi layanan, peningkatan kompetensi SDM, peningkatan koordinasi dan kerjasama, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas merupakan beberapa inovasi yang telah dilakukan. Dengan terus melakukan inovasi, diharapkan Kejaksaan Tinggi dapat menjadi lembaga penegak hukum yang modern, profesional, dan berorientasi pada kepuasan masyarakat.

Pelajaran perihal Pendidikan: Apa yang Keliru?

Pelajaran perihal Pendidikan: Apa yang Keliru?

saminsambongrejo – “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world”. Kutipan dari Nelson Mandela ini telah sangat sering kita dengar dari pemerhati-pemerhati dan penggiat pendidikan. Pendidikan adalah senjata paling kuat yang bisa digunakan untuk merubah dunia. Bisa menjadi suatu negara tidak miliki sumber kekuatan alam yang memadai, tetapi negara berikut bisa berkembang pesat menjadi negara maju sebab miliki sumber kekuatan manusia yang handal yang diciptakannya melalui sistem pendidikan. Negara itu pun bisa keluar sebagai negara yang berpengaruh di seluruh dunia.

Perspectives kali ini akan mengulas sedikit perihal pendidikan. Namun ini bukanlah suatu kritik terhadap sistem pendidikan yang ada di suatu negara. Ini adalah sebuah sistem berbagi insight dari pengalaman yang diperoleh dari lapangan, yaitu pengalaman mengunjungi sekolah-sekolah dan berinteraksi bersama siswa-siswanya.

Mari kita berangkat dari suatu kenyataan yang keluar di masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Kita kadangkala mendapati bahwa kecerdasan anak cuma dilihat dari kemampuannya dalam berhitung. Sebut saja cerdas adalah jago dalam matematika, fisika, dan kimia. Jadilah masyarakat mempercayai suatu konstruksi opini yang tentu berupa parsial ini. Anak yang hebat dalam bermain musik, menciptakan hasta karya, lakukan olahraga permainan, dan apalagi miliki kekuatan public speaking yang mendebarkan hati, kadang sementara diakui tidak cerdas cuma sebab mereka kurang terkenal dalam ilmu matematika, fisika, dan kimia. (Bukan maksud penulis untuk meng-kambing hitam-kan ketiga mata pelajaran tersebut). Pandangan inilah yang bisa dikatakan sebagai pandangan yang tak lengkap.

Dr. Howard Gardner, seorang Profesor pendidikan di Harvard University,

memberikan delapan type kecerdasan yang tidak sama untuk menjelaskan potensi manusia yang lebih luas terhadap anak-anak dan orang dewasa. Delapan kecerdasan berikut adalah kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan matematika/logika, kecerdasan spasial/visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan spiritual. Dr. Gardner sendiri menjelaskan bahwa sekolah-sekolah dan budaya kita terhadap kebanyakan menambahkan atensi yang utama terhadap kecerdasan matematika dan verbal. Meskipun demikian, dia menjelaskan bahwa kita seyogyanya menambahkan perhatian yang sama terhadap individu yang menonjol terhadap kecerdasan lain, layaknya para artis, arsitek, musisi, desainer, penari, dan pengusaha sebab mereka ikut andil dalam memperkaya dunia daerah kita seluruh hidup [1].

Lebih lanjut, keadaan pendidikan di beberapa negara termasuk diekspresikan oleh para pengamat sebagai keadaan yang salah. Bahkan beberapa film box office terinspirasi dari ada suatu hal yang diakui tidak tepat dalam sistem pendidikan, peranan menambah kesadaran masyarakat perihal apa itu pendidikan yang sesungguhnya. Tidak sedikit pemerhati pendidikan yang berasumsi bahwa sekolah dan perguruan tinggi cuma merupakan daerah untuk mencetak orang-orang industri ataupun hanyalah pekerja. Tentu tidak seluruh keluarannya akan masuk ke dalam perusahaan ataupun dunia industri. Tapi sistem studi yang dibangun terhadap kebanyakan selamanya mengarah kesana. Sekolah dan kuliah seolah-olah cuma bertujuan untuk meraih pekerjaan semata. Juga bahwa sekolah tidak menyiapkan anak untuk menjadi mandiri.

Sekolah tidak berhasil memicu anak menjadi individu yang otentik sebab cara studi yang cuma “copy-paste” dikutip dari https://johnnysrealnypizza.com/. Sekolah adalah daerah guru memberikan ceramah materi yang membosankan. Meskipun ada kegiatan ekstrakurikuler untuk menunjang minat dan hobi, tetapi beberapa guru tetap berasumsi bahwa sekolah adalah daerah untuk kegiatan akademik saja agar terjadilah dualisme, pembelahan yang berlebihan antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler dalam sistem mengevaluasi siswa. Pada pada akhirnya dia yang cerdas adalah dia yang mendapat peringkat 1 di kelas bersama nilai matematika, fisika, dan kimia adalah 100 kendati dia adalah seseorang yang tidak sudi bersosialisasi bersama orang lain. Bahkan kecenderungan antisosial itu diakui bukan masalah, dimaklumi.

Proses pendidikan secara operasional setidaknya melibatkan empat pihak,

siswa/pembelajar, guru, keluarga (wali), dan pemerintah melalui departemen pendidikan. Keempatnya adalah subsistem yang membangun sistem pendidikan. Pembelajar adalah sasaran, guru adalah pelaksana, orang tua terhadap dasarnya termasuk pelaksana sekaligus supervisor, sementara itu pihak pemerintah adalah supervisor dan perancang kurikulum pendidikan. Semua saling berkaitan tentunya. Sebagai sistem, tidak optimalnya salah satu pihak akan pengaruhi keberhasilan seluruh sistem.

Kita tidak bisa cuma melemparkan tanggung jawab kepada salah satu pihak untuk merespon pernyataan “ada yang salah”. Kita tidak bisa seluruhnya menyalahkan pemerintah kerena menyusun kurikulum yang tidak tepat. Revisi kurikulum adalah salah satu usaha pembenahan dan perbaikan dari beragam masukan yang ada. Kita termasuk tidak bisa seluruhnya menyalahkan guru, sebab guru tidaklah 24 jam mengawasi siswa. Guru termasuk bukan orang tua pengganti.

Kita termasuk tidak bisa menyalahkan orang tua sebab lingkungan anak tidak terbatas terhadap lingkungan keluarga. Sekuat apa-pun orang tua menambahkan pengajaran tetapi terkecuali tidak dapat dukungan oleh guru-guru di sekolah, perihal itu cuma akan jadi besar konflik internal dalam diri anak. Oleh sebab itu, apa yang ditanamkan guru di sekolah wajib disinergikan bersama apa yang diajarkan orang tua. Tentu kita termasuk tidak bisa mempersalahkan siswa dalam urusan ini. Dia adalah subjek yang akan dibina. Bukan sebab siswa nakal kemudian kita menjadikannya biang kerok atas tidak berjalannya sistem ini. Guruku dulu bicara kepadaku, bukan siswa yang ribut dan mengacau tetapi kitalah sebagai guru yang tidak bisa mengelola kelas dan menarik perhatian siswa tersebut.

Dari banyaknya pengertian yang dikemukakan oleh para pakar

dan dari pelajaran yang terambil dari lapangan tadi, pendidikan merupakan suatu sistem membina dan mengembangkan potensi yang ada terhadap individu sejak lahir untuk bertumbuh dan berkembang sebagai manusia sesuai fitrahnya, bersamaan bersama untuk apa dia diciptakan, agar manusia bisa meraih keselamatan dan kesejahteraan hidup. Jika setiap manusia sejahtera maka komunitas dan masyarakat, akan sejahtera. Sedikit senada bersama kutipan Martin Luther, when schools flourish, all flourishes. Pendidikan yang tepat di setiap negara yang dioperasionalisasikan dalam pendidikan formal, nonformal dan informal menjadi salah satu penentu kesejahteraan bangsa.

Pendidikan tidak cuma tekankan terhadap satu aspek saja. Sebagai manusia, pertumbuhan dan perkembangannya meliputi aspek fisik, aspek kognitif, aspek sosio-emosional dan aspek moral. Jika kita mendidik manusia, artinya kita menunjang pertumbuhan dan pertumbuhan aspek-aspek tersebut. Manusia adalah kesatuan dari tiga dimensi, dimensi jasmani, dimensi psikologis yang didalamnya ada emosi, kehendak, ego, dan dimensi spiritual yang di dalamnya termasuk hati nurani. Oleh sebab itu, pendidikan seyogyanya menyentuh ketiga ranah tersebut.

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kekuatan berpikir.

Berbagai keterampilan berpikir diajarkan kepada pelajar. Kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berpikir dialektik. Siswa termasuk diajarkan untuk bisa berasumsi terbuka (open-minded). Tentu merupakan suatu kesalahan besar terkecuali kita berasumsi siswa yang senang bertanya, siswa yang lakukan suatu hal di luar instruksi guru, siswa yang menambahkan pandangan tidak sama terhadap apa yang disampaikan guru, adalah siswa yang nakal dan biang kerok. Bisa menjadi itu adalah kesempatannya untuk mengembangkan kekuatan berpikirnya.

Pendidikan bertujuan untuk membina kepribadian dan mengajarkan etika dalam berperilaku. Pelajar mungkin miliki kekuatan berpikir di atas rata-rata. Dia miliki kreativitas yang tinggi. Namun kita sebagai pendidik seyogyanya bisa mengarahkan siswa berikut agar bisa menunjukkan kemampuannya bersama tepat dan berterima sebab tentu saja manusia tidak hidup sendiri. Dia dihadapkan terhadap realitas sosial yang salah satunya bahwa ada adat istiadat yang berisi tata perilaku.

Lebih dari itu setiap manusia miliki hati nurani yang bisa menilai perihal yang benar dan salah agar bisa pilih tabiat mana yang bisa ditunaikan dan mana yang tidak bisa. Siswa yang kronis dan kreatif tetapi tidak tahu norma kesopanan akan kurang diterima dalam kehidupan sosial ini. Perihal kepribadian, pendidik miliki peran dalam membina pola pola pikiran, perasaan dan tingkah laku siswa yang nantinya akan mencerminkan siapa dirinya. Tentu saja kita mengidamkan siswa yang kritis, kreatif dan termasuk miliki kepribadian yang sehat. Kepribadian yang sehat dalam perihal ini termasuk miliki integritas, keyakinan diri, regulasi diri, empati, tidak anti sosial.

Pendidikan bertujuan untuk menambah kepekaan sosial.

Pendidik seyogyanya bisa mengarahkan peserta didiknya menjadi seseorang yang peka terhadap isu-isu kemanusiaan sebab perihal ini bisa mengantarkannya menjadi seseorang yang selamanya memikirkan kehidupan sosial. Memikirkan bagaimana dia bisa berfaedah bagi orang lain ataupun masyarakat, bagaimana dia bisa menunjang orang lain yang membutuhkan. Apa yang dia pelajari dari sekolah tidaklah untuk dirinya sendiri, tetapi termasuk untuk orang lain yang sama-sama hidup di dunia ini. Kita seyogyanya bisa mengajak peserta didik menjadi seorang manusia yang memanusiakan manusia.

Dengan seluruh itu, manusia yang dihasilkan dari sistem pendidikan adalah manusia yang miliki kekuatan berpikir, kepribadian yang sehat, dan juga peka terhadap kehidupan ini. Ini sama sekali bukan tugas yang enteng dan sembarangan. Oleh sebab itu, pendidik, termasuk guru, bukanlah pekerjaan yang enteng dan remeh. Bukan suatu hal yang sesederhana memberi makan anak-anak. Ini adalah tugas besar nan mulia. Guru berkontribusi terhadap pembinaan manusia-manusia berbudi luhur.

Menjadi pendidik adalah pilihan dari hati, bukan terpaksa. Itu adalah panggilan hati, bukan untung-untungan atau bukan sebab tidak miliki pilihan lain. Guru yang mengajar sebab panggilan hati tentu saja akan lebih menghayati perannya itu sebagai guru dan mengajar sepenuh hati. Howard Hendricks memberikan kutipan yang artinya ini, “teaching that impacts is not head to head but heart to heart”, yang artinya pengajaran yang berdampak bukanlah pengajaran dari kepala ke kepala tetapi dari hati ke hati. Pengajaran yang tidak cuma menyentuh kognisi siswa, tetapi menyentuh hatinya. Bisakah kita menyentuh hati siswa terkecuali kita tidak mengajar bersama sepenuh hati?

Pembahasan kita sejauh ini baru berkutat terhadap target pendidikan itu.

Belum lagi kita mengulas perihal metode belajar. Guru tidak cuma bertugas mengajar materi, cuma masuk kelas menjelaskan materi pelajaran. Guru bukan hanyalah penceramah, guru adalah pembina, pelatih, penasehat. Dengan demikian, guru seyogyanya miliki metode yang variatif dan pelibatan siswa dalam pengalaman terstruktur merupakan salah satu metode yang efektif. Mari kita cermati kutipan Benjamin Franklin, “tell me and I’ll forget, show me and I may remember, involve me and I learn.” Bisa kita petik pelajaran dari sini bahwa pendidikan itu adalah sistem menambahkan pengalaman kepada peserta didik.

Pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, tidak bisa begitu saja mengesampingkan minat dan hobi siswa. Itulah salah satu alasan ada kegiatan ekstrakurikuler dan orang tua pun seyogyanya bisa tahu bahwa anaknya pilih kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Tidak melulu menyuruh anaknya untuk ikuti les-les bertema mata pelajaran. Jika anak menyukai bermain musik, tak mengapa melepas dia untuk menggeluti itu tanpa wajib melupakan sekolahnya. Orang tua seyogyanya bisa mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya, melepas anak studi perihal konsekuensi dan risiko, tidak serta-merta melarang anak untuk memilih.

Coba bayangkan, anak kamu telah ikuti full day school dari pukul 08.00 sampai 16.00, lalu dia wajib ikuti les bahasa inggris sesudah itu, dan di malam hari dia wajib ikuti les matematika. Hidup ini bukan perihal itu saja, banyak cara untuk berprestasi tak sekedar menjadi juara kelas ataupun juara olimpiade. Jika anak menikmatinya maka itu tidak menjadi masalah, lumayan mengingatkan dia untuk beristirahat dan beribadah. Tapi bagaimana terkecuali anak tidak menikmatinya?

Sebagai penutup tulisan ini,

ada satu lagi kutipan dari C.S. Lewis yang menggugah. “The task of the modern educator is not to cut down jungles, but to irrigate deserts.” Artinya kurang lebih layaknya “tugas pendidik modern bukanlah untuk menebangi hutan, tetapi untuk mengairi padang pasir”. Makna apa yang bisa kita petik dari kalimat tersebut? Bagi saya, ada tiga makna. Pertama, pendidik di jaman modern ini bukanlah bertugas untuk menghasilkan orang-orang yang cuma sudi berbuat kerusakan, menghancurkan apa yang telah ada, tetapi menjadi orang yang menambahkan manfaat, membangun suatu hal yang bisa digunakan untuk kesejahteraan umat manusia.

Kedua, pendidik bukanlah hanyalah membina manusia-manusia yang cuma mengidamkan jalur pintas untuk meraih keberhasilan, tetapi manusia-manusia yang sudi berproses di jalur yang tidak mudah, yang miliki kreativitas dan konsistensi dan juga ketangguhan untuk melalui jalur itu, sebab hidup ini bukan cuma perihal jalur yang mulus, hidup ini termasuk perihal jalur yang berbatu nan berliku. Ketiga, pendidikan, pembinaan generasi bukanlah pekerjaan yang hasilnya bisa dinikmati saat itu juga mata. Itu adalah sistem panjang dan apalagi melelahkan, sistem lintas generasi. Hasilnya mungkin tidak keluar terhadap generasi sementara ini tetapi terhadap generasi berikutnya. Bersabarlah.