Di Indonesia ada sekolah internasional dan nasional. Sekolah nasional, baik negeri atau swasta, ialah sekolah yang penuhi standard nasional pendidikan (SNP). Dan, sekolah internasional adalah sekolah yang memprioritaskan pendidikan berbasiskan global. Sekolah internasional sendiri telah ganti nama semenjak diterapkannya Ketentuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 31/2014. Sekarang sekolah internasional memiliki panggilan Unit Pendidikan Kerjasama yang dipersingkat SPK. Sekolah internasional memiliki beberapa perbedaan fundamental dibanding sekolah nasional. Berikut mimin kumpulkan lima bedanya yang sudah dirangkum dari sumber terpercaya kami beijingcuisinesnh.com.
1. Kurikulum
Terang, hal yang paling berlainan dari sekolah internasional adalah kurikulumnya. Menurut Rima –nama rahasia– salah satu alumni sekolah internasional Bina Nusantara, umumnya sekolah internasional di Indonesia memakai kurikulum International Baccalaureate (IB) atau International General Certificate of Secondary Education (IGCSE).
“Jika Binus kurikulumnya IB. IB itu menjadi IPA dan IPS. Pelajarannya dipisah, ada yang higher tingkat sama standar tingkat. Tingkat kesusahannya berbeda-beda,” kata Rima ke mimin.
Namun, di sekolahnya tidak mengaplikasikan penjurusan IPA dan IPS. Karena semua siswa tentu ada minimum satu mata pelajaran alami science (IPA) dan satu social science (IPS). “Jadi intnya mata pelajaran wajib itu Theory of Knowledge, dua Bahasa, Matematika, satu IPA, satu IPS dan satu opsional itu Seni. Jika tidak ingin Seni bisa mengambil tambahan satu IPA atau IPS,” terangnya.
Hal tersebut membuat mekanisme belajarnya serupa dengan perguruan tinggi. “Agenda kamu berlainan dengan teman-temanmu, walau sekelas. Karena bergantung diambil mata pelajaran apa,” tutur Rima. Berlainan hal dengan Desy, siswa Mahatma Gandhi School, yang menyebutkan di sekolahnya cuma dipisah penjurusan science dan commerce. Mata pelajaran yang akan diambil oleh pelajar juga dibebaskan
“Saya mengambil science, dan bisa milih di antara Biologi, Ekonomi, atau Teknologi Informasi. Dan saya tentukan Ekonomi. Sebetulnya cukup cukup sulit karena pada intinya mengambil IPA, tetapi belajar Ekonomi . Maka muter-muter begitu. Hehehe…,” katanya.
2. Bahasa
Masalah bahasa, Desy akui benar-benar bisa mempertajam kekuatan bahasa Inggris-nya sepanjang menjadi pelajar di sekolah internasional. Karena, sehari-harinya dia bicara bahasa Inggris dengan 25 teman sama kelasnya. “Ada bahasa Indonesia tetapi sebagai bahasa ke-2 ,” katanya.
3. Pekerjaan sekolah
Pelajar di sekolah internasional mendapatkan pekerjaan yang tidak sama di sekolah. Rima memberikan contoh, untuk pelajaran Human Sciences seperti Biologi, Kimia, dan Fisika, umumnya diberikan tugas untuk membikin uji coba sendiri.
“Jadi dimulai dari tesis, sistem, ulasan, sampai konklusi (ditangani sendiri). Jika mata pelajaran Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, diberikan tugas buat esai seperti analisis novel, puisi, atau cerpen. Seperti esai anak kuliah begitu,” jelas Rima.
4. Ujian
Ujian yang dilewati pelajar sekolah internasional juga berlainan. Mereka tidak cuma lewat ujian tengah semester (UTS), dan ujian akhir semester (UAS). Tetapi juga ujian sah dari IB. “Jika ujian sah IB itu diakhir saja, sekitaran Mei cocok telah kelas 12. Awalnya paling melangsungkan namanya mock exam. Sama seperti try out begitu,” tutur Rima. Selain itu, setiap ujian berbentuk esai yang perlu dijawab dengan makalah . Maka, tidak ada, tuh, yang bernama tebak-tebak berhadiah di opsi double.
5. Guru
Gina, salah satu alumni International Islamic Boarding School (IIBS), menjelaskan cuma memiliki satu guru asing yang mengajarkan Bahasa Inggris. Selainnya adalah guru asal dari Indonesia. Walau demikian, Gina harus terus bicara dengan bahasa Inggris di lingkungan sekolah.
Beda hal dengan Desy, yang diajar oleh guru asing untuk beragam mata pelajaran. “Ada India, Filipina, Singapura, sampai Bangladesh,” sebutkan ia.